Kamar persegi berkapur putih ini telah menjadi labuhan hidup. Meresapi suka, menikmati duka. Sejak belia hingga kini beranjak dewasa. Aku tidak ingat berapa purnama telah terlalui didalamnya. Tembok ini terlalu kokoh untuk menembus cahaya penguasa malam.
“Ku menyaksikan seraut wajah cinta yang kehampaan tiada lagi bermaya.” Alunan suara Cik Siti melengking memecah kesunyian malam Jumat. Apakah setiap keluh kesah ini tersampaikan padamu. Mungkinkah engkau juga merasa segala resah ini.
“Ku yakinkan diri demi rinduku penawar hanya dari wajah kekasih. Walaupun rintangan datang menduga kutempuhinya karena cinta membara.” Telah ku putuskan untuk menetapkan pandangan pada satu hati pengisi jiwa suci.
Jurnal Agus Siswoyo 